Di Republik
Dominika, ban bekas bisa berguna. Pabrik semen di ibukota negara itu
memanfaatkan ban-ban yang rusak sebagai energi alternatif untuk produksi semen.
Aktivitas
perlindungan iklim nyaris tak terlihat di ibukota Dominika, Santo Domingo. Yang
ada: rimba beton dan lalu lintas padat. Ruang hijau sangat sedikit dan 85
persen perekonomiannya tergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara dan minyak.
Oleh karena itu pemerintah Dominika beberap tahun
silam membentuk dewan Iklim.
Dengan dibantu
pendanaan dari Jerman, dewan ini menyiapkan rencana perlindungan iklim
nasional: "Kami adalah salah satu dari sedikit negara di Karibia dan
Amerika Latin yang memiliki strategi nasional. Kami ingin memperbaiki neraca
emisi CO2 setiap kurun lima tahun. Targetnya: hingga tahun 2030 mengurangi
emisi gas berbahaya sekitar 25 persen."
Reparasi ban
Target
ambisius- mengingat emisi CO2 di negara itu selama bertahun-tahun terus naik.
Untuk sukses, pemerintah menaruh harapan pada sebuah proyek industri, yang
bermula di jalanan. Jananan buruk, ini masalah yang dihadapi warga Dominika. Cuaca panas Karibia dan hujan deras menyebabkan
jalanan berlubang dimana-mana- dan pengendara terus mengalami masalah dengan
ban.
Karena itu
pedagang ban atau "Gomeros" dapat ditemukan di hampir setiap sudut
kota Santo Domingo. Reynaldo Lara mereparasi pelek dan ban supaya bisa tetap
digunakan. Reynaldo Lara, penjual ban menjelaskan: “Setiap kali mobil terjeblos
ke lubang, ban pasti rusak. Pasalnya 70 persen ban yang digunakan, adalah ban
bekas. Karena hampir tidak ada yang mampu membeli ban baru.“
Memanfaatkan ban
Jika ban bekas dan rusak itu tidak bisa direparasi
lagi, Reynaldo menimbunnya di halaman belakang. Lalu menunggu datangnya--yang
ia sebut -- orang-orang ban. Mereka datang setiap beberapa hari, mengambilnya
cuma-cuma, mengangkut dengan truk yang mereka bawa untuk dijual ke industri semen,
seharga 1500 rupiah per buah.
Perusahaan semen terbesar di Republik Dominika adalah
Cemex. Setiap hari datang beberapa truk sarat dengan ban ke pabrik. Ban bekas
itu memiliki kandungan minyak cukup tinggi, dan digunakan sebagai bahan bakar
alternatif.
Miguel Andrés Rivas Khoury, pekerja Cemex Republik Dominika
mengatakan:"Ban bekas adalah limbah. Jika tidak dimanfaatkan, bisa
menimbulkan penyakit dan membutuhkan sekitar 1.000 tahun untuk bisa terurai.
Setiap kali menggunakan bahan bakar ban, kami mengurangi konsumsi bahan bakar
utama, yang berarti mengurangi emisi CO2 dan lebih ramah lingkungan.“
Sekitar 80 ban per jam dimasukkan ke sebuah tungku tertutup, yang hanya
melepaskan sedikit polutan. Namun bagi neraca karbon perusahaan, tidak terlalu
banyak perubahan. Karena sumber utama energi tetap batubara. Meski menggunakan
ban bekas, pabrik semen ini masih menjadi produsen CO2 terbesar di negara itu.
Walau begitu, Dominika tidak kekurangan ide-ide kreatif. Di masa depan,
Republik Dominika ingin memainkan peran baru: sebagai pelopor iklim di Karibia.
Sebuah negara dengan pantai putih dan ambisi hijau.
0 comments:
Post a Comment