Tuesday, November 26, 2013

Memburu Emas di Luar Angkasa?

       Penambangan di ruang angkasa bergerak dari fiksi ilmiah ke sektor komersial. Tujuannya adalah mencari bahan bakar lebih jauh di galaksi.


Dalam kurun waktu tiga tahun, dua perusahaan merencanakan misinya menyambangi asteroid.       Jika bahkan batu sederhana dari ruang angkasa mungkin dapat memenuhi permintaan akan                 logam seperti platinum atau emas selama berabad-abad, maka kekayaan ruang angkasa mungkin         akan dapat memberi keuntungan bagi bumi, demikian fantasi yang kerap dikisahkan pendongeng.

Tapi kenyataannya, sulit sekali untuk bisa membawa banyak bijih besi ataupun logam turun dari       langit. Beberapa usaha baru difokuskan pada penggunaan mineral antar planet ruang angkasa atau       membangun depot bahan bakar di ruang angkasa.

Fokusnya air
Bisa jadi terdapat emas di sana, tapi kini yang difokuskan adalah air. Jika air yang ditemukan             di asteroid-asteroid dapat diekstrak dan diuraikan di tempat sehingga menjadi oksigen cair dan               hidrogen cair yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, biaya perjalanan ruang angkasa akan ber       kurang dari biaya awal yang seharusnya. Pengolahan bahan bakar tersebut dilakukan di depot               bahan bakar yang kemudian dapat digunakan oleh satelit ataupun pesawat antariksa yang                     mengorbit bumi.

Satelit DSI akan diluncurkan
          NASA memiliki proyek yang menempatkan astronot dalam kurun kurang dari satu dekade di             asteroid dan di Mars pada tahun 2030-an. Dan itu akan memakan biaya yang tinggi. Padahal ini           adalah jalan yang mungkin akan bisa menyelamatkan manusia - yakni jika kita bisa belajar cara           menghentikan asteroid besar menabrak bumi.
    "Kami adalah pemimpi," demikian tertulis di situs web Deep Space Industries (DSI), di samping           gambar stasiun metal berbentuk semacam roda yang tampak seperti terhubung ke batu apung               raksasa. Perusahaan yang berbasis dari AS itu membuat langkah-langkah kecil dalam 'perjalanan           panjang' untuk mengembangkan sumber daya ruang angkasa.
 Pada awal tahun 2016, satelit eksplorasi pertama dari DSI itu - yang ukurannya lebih kecil dari alat       pemanggang roti - akan dipasang pada roket yang membawa muatan lain dan mulai mengintai             batu yang cocok.
     Pada tahun yang sama, perusahan lain yang berbasis di AS, Planetary Resources, berharap dapat       meluncurkan langkah perburuan asteroid yang tepat.
 Asteroid-asteroid ini tergantung lebih rendah dari tata surya," kata Eric Anderson, seorang insinyur         luar angkasa Amerika dan salah satu pendiri Planetary Resources, perusahaan yang disokong Larry       Page dari Google dan milyader perusahaan Virgin, Richard Branson.
   Kaya akan logam
Kaya akan logam
Meteorit -potongan yang bertahan dan jatuh ke bumi setelah asteroid hancur di atmosfir- menghasilkan sejumlah logam mulia seperti platinum, rhodium, iridium, renium, osmium, ruthenium, paladium, germanium dan emas.
Planetary Resources memperkirakan beberapa asteroid yang kaya platinum bisa berisi lebih dari seluruh cadangan platinum. Studi berdasarkan pengamatan meteorit menunjukkan bahwa ruang angkasa kaya akan bijih besi.
Perusahaan riset Wall Street Bernstein mencatat bahwa besar asteroid yang disebut 16 Psyche, dan berada di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, mungkin mengandung 17 juta miliar ton nikel – yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia selama jutaan tahun.
Memakan biaya
Tapi biaya dan kendala teknis mempersulit pengangkutan sumber daya itu turun ke bumi, demikian kata para ahli. Nilai berharga yang sesungguhnya dari pertambangan asteroid bisa untuk perjalanan ruang angkasa lebih lanjut. Cadangan hidrogen dan oksigen juga tak kalah menarik dibanding logam apapun.
"Konyol untuk percaya bahwa sumber daya asteroid akan bersaing dengan alternatif terestrial dan pasar bumi," kata Brad Blair, insinyur pertambangan dan ekonom.
Mengacu pada tema permukiman di Mars, ia mengatakan: "Alasan pertambangan asteroid masuk akal adalah karena orang-orang mungkin akan tinggal dimana tersedia sumber daya. Anda tidak dapat menempatkan 80.000 orang sebagai koloni di Mars tanpa menggunakan sumber daya lokal.“
Kamera dan laser
DSI berharap untuk meluncurkan kamera terbang pada awal pada tahun 2016. Gambar yang diambil kamera akan membantu para ilmuwan menilai komposisi asteroid.
Tahap awal ini menelan biaya sekitar 20 juta Dollar AS. Kepala eksekutif DSI David Gump menambahkan, ia mengharapkan sekitar setengah dananya berasal dari kontrak-kontrak pemerintah dan lembaga penelitian dan setengahnya dari iklan perusahaan dan sponsor perusahaan.
Setahun kemudian, akan dimulai misi dua sampai tiga tahun untuk pendaratan dan pengambilan sampel analisa.
Sementara, Planetary Resources berencana untuk mengirim teleskop ke ruang angkasa untuk mempelajari asteroid antara bumi dan bulan. Dalam tahap berikutnya, akan dikirim laser deep-spaceuntuk mengumpulkan data tentang ribuan asteroid yang lebih jauh jaraknya. Anderson dari PR mengatakan: “Pada tahun 2020, kita akan mulai mengolah bahan asteroidal dari ruang angkasa, dan kita akan memiliki depot bahan bakar antar planet pertama."

Pergeseran iklim yang disebabkan oleh hantaman asteroid besar mungkin telah membunuh dinosaurus. NASA kini mengambil resiko agar dapat mengatasi ancaman dampak serupa.
Sebagai ahli pertambangan, Blair mengatakan: "Untuk kelangsungan hidup spesies manusia, kita harus mengatasi asteroid, atau mereka yang akan mengatasi keberadaan kita. Karena dari catatan statistik, akan datang satu asteroid besar yang akan menghantam planet bumi dan membuatnya kembali ke awal mula."
Meteorit -potongan yang bertahan dan jatuh ke bumi setelah asteroid hancur di atmosfir- menghasilkan sejumlah logam mulia seperti platinum, rhodium, iridium, renium, osmium, ruthenium, paladium, germanium dan emas.
Planetary Resources memperkirakan beberapa asteroid yang kaya platinum bisa berisi lebih dari seluruh cadangan platinum. Studi berdasarkan pengamatan meteorit menunjukkan bahwa ruang angkasa kaya akan bijih besi.
Perusahaan riset Wall Street Bernstein mencatat bahwa besar asteroid yang disebut 16 Psyche, dan berada di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, mungkin mengandung 17 juta miliar ton nikel – yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia selama jutaan tahun.
Memakan biaya
Tapi biaya dan kendala teknis mempersulit pengangkutan sumber daya itu turun ke bumi, demikian kata para ahli. Nilai berharga yang sesungguhnya dari pertambangan asteroid bisa untuk perjalanan ruang angkasa lebih lanjut. Cadangan hidrogen dan oksigen juga tak kalah menarik dibanding logam apapun.
"Konyol untuk percaya bahwa sumber daya asteroid akan bersaing dengan alternatif terestrial dan pasar bumi," kata Brad Blair, insinyur pertambangan dan ekonom.
Mengacu pada tema permukiman di Mars, ia mengatakan: "Alasan pertambangan asteroid masuk akal adalah karena orang-orang mungkin akan tinggal dimana tersedia sumber daya. Anda tidak dapat menempatkan 80.000 orang sebagai koloni di Mars tanpa menggunakan sumber daya lokal.“
Kamera dan laser
DSI berharap untuk meluncurkan kamera terbang pada awal pada tahun 2016. Gambar yang diambil kamera akan membantu para ilmuwan menilai komposisi asteroid.
Tahap awal ini menelan biaya sekitar 20 juta Dollar AS. Kepala eksekutif DSI David Gump menambahkan, ia mengharapkan sekitar setengah dananya berasal dari kontrak-kontrak pemerintah dan lembaga penelitian dan setengahnya dari iklan perusahaan dan sponsor perusahaan.
Setahun kemudian, akan dimulai misi dua sampai tiga tahun untuk pendaratan dan pengambilan sampel analisa.
Sementara, Planetary Resources berencana untuk mengirim teleskop ke ruang angkasa untuk mempelajari asteroid antara bumi dan bulan. Dalam tahap berikutnya, akan dikirim laser deep-spaceuntuk mengumpulkan data tentang ribuan asteroid yang lebih jauh jaraknya. Anderson dari PR mengatakan: “Pada tahun 2020, kita akan mulai mengolah bahan asteroidal dari ruang angkasa, dan kita akan memiliki depot bahan bakar antar planet pertama."



Ban Bekas untuk Energi Alternatif

Di Republik Dominika, ban bekas bisa berguna. Pabrik semen di ibukota negara itu memanfaatkan ban-ban yang rusak sebagai energi alternatif untuk produksi semen.
Aktivitas perlindungan iklim nyaris tak terlihat di ibukota Dominika, Santo Domingo. Yang ada: rimba beton dan lalu lintas padat. Ruang hijau sangat sedikit dan 85 persen perekonomiannya tergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara dan minyak.
Oleh karena itu pemerintah Dominika beberap tahun silam membentuk dewan Iklim.
Dengan dibantu pendanaan dari Jerman, dewan ini menyiapkan rencana perlindungan iklim nasional: "Kami adalah salah satu dari sedikit negara di Karibia dan Amerika Latin yang memiliki strategi nasional. Kami ingin memperbaiki neraca emisi CO2 setiap kurun lima tahun. Targetnya: hingga tahun 2030 mengurangi emisi gas berbahaya sekitar 25 persen."
Reparasi ban
Target ambisius- mengingat emisi CO2 di negara itu selama bertahun-tahun terus naik. Untuk sukses, pemerintah menaruh harapan pada sebuah proyek industri, yang bermula di jalanan. Jananan buruk, ini masalah yang dihadapi warga Dominika. Cuaca panas Karibia dan hujan deras menyebabkan jalanan berlubang dimana-mana- dan pengendara terus mengalami masalah dengan ban.
Karena itu pedagang ban atau "Gomeros" dapat ditemukan di hampir setiap sudut kota Santo Domingo. Reynaldo Lara mereparasi pelek dan ban supaya bisa tetap digunakan. Reynaldo Lara, penjual ban menjelaskan: “Setiap kali mobil terjeblos ke lubang, ban pasti rusak. Pasalnya 70 persen ban yang digunakan, adalah ban bekas. Karena hampir tidak ada yang mampu membeli ban baru.“
Memanfaatkan ban
Jika ban bekas dan rusak itu tidak bisa direparasi lagi, Reynaldo menimbunnya di halaman belakang. Lalu menunggu datangnya--yang ia sebut -- orang-orang ban. Mereka datang setiap beberapa hari, mengambilnya cuma-cuma, mengangkut dengan truk yang mereka bawa untuk dijual ke industri semen, seharga 1500 rupiah per buah.
Perusahaan semen terbesar di Republik Dominika adalah Cemex. Setiap hari datang beberapa truk sarat dengan ban ke pabrik. Ban bekas itu memiliki kandungan minyak cukup tinggi, dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Miguel AndrĂ©s Rivas Khoury, pekerja Cemex Republik Dominika mengatakan:"Ban bekas adalah limbah. Jika tidak dimanfaatkan, bisa menimbulkan penyakit dan membutuhkan sekitar 1.000 tahun untuk bisa terurai. Setiap kali menggunakan bahan bakar ban, kami mengurangi konsumsi bahan bakar utama, yang berarti mengurangi emisi CO2 dan lebih ramah lingkungan.“
Sekitar 80 ban per jam dimasukkan ke sebuah tungku tertutup, yang hanya melepaskan sedikit polutan. Namun bagi neraca karbon perusahaan, tidak terlalu banyak perubahan. Karena sumber utama energi tetap batubara. Meski menggunakan ban bekas, pabrik semen ini masih menjadi produsen CO2 terbesar di negara itu.
Walau begitu, Dominika tidak kekurangan ide-ide kreatif. Di masa depan, Republik Dominika ingin memainkan peran baru: sebagai pelopor iklim di Karibia. Sebuah negara dengan pantai putih dan ambisi hijau.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews